Meski bukan baru, tetapi baju yang Salleh pakai masih terlihat seperti baru. Bersih dan rapi. Begitu juga yang dikenakan isteri dan anak-anak Salleh.
Tangis haru dan tawa gembira mewarnai suasana lebaran hari ini. Pulang dari sholat AidilFitri, anak-anak Salleh mendapatkan ayah dan ibu mereka, berpelukan dan mengucup lembut tangan dan pipi mereka. Salleh dan isteri membalasnya dengan kucupan terkasih. Sebelum berlalu, tidak lupa mereka meminta 'habuan' wang lebaran. Setelah itu mereka berlari-larian mendapatkan nenek mereka untuk meminta cium.
Ada airmata yang menitis ketika Salleh menatap wajah tua di hadapannya. Terlalu lemah hati Salleh untuk menahan rasa yang begitu dalam terhadap ibu, sesosok anggun yang selalu ingin Salleh cium kakinya. Salleh memeluk kaki letihnya, menikmati wangi cintanya seraya berharap kelak mendapatkan syurganya dari sana. Lalu, mengalirlah doa dan kalimah penuh kasihnya untuk anak yang sering tak tahu membalas budi ini. Kemudian satu persatu adik beradik Salleh tersungkur di kakinya.
Aneka kuih khas hari raya yang sejak subuh telah tersedia di meja ruang tamu nampaknya tak sabar menanti untuk disentuh. Salleh dan isteri, tentu saja takkan melepaskan hidangan khas lebaran di rumah cinta itu, Nasi Beriani Hujan Panas, Lemang dan Rendang. Tidak hanya anak-anak ibu yang menikmati juadah masakan ibu, tetapi juga sahabat-sahabat Salleh yang sengaja datang untuk dua perkara; silaturrahim dan juadah masakan ibu Salleh!
Begitu indah dan harunya hari raya, hingga Salleh hampir terlupa akan sebuah janji jika sahaja tak diingatkan seorang sahabat. "Jadi kah kita kesana?"
Salleh bersama keluarga dan empat orang sahabatnya memandu kereta menuju tempat yang sudah direncanakan untuk dikunjungi. Untuk sementara, Salleh tangguhkan rencana kunjungan silaturrahim ke beberapa rumah teman lama. Lebih kurang lima belas minit, mereka sudah sampai di depan sebuah rumah yang dituju.
Sebaris senyuman ikhlas anak-anak dari halaman rumah menyambut salam tetamu yang baru tiba. Salah seorang dari mereka mempersilakan Salleh, keluarga dan teman-teman masuk.
Rumah kecil itu, dinding-dindingnya terlihat terkelupas di beberapa tempat. Tak ada satu pun anak yang mengenakan baju baru, sepatu baru, juga tak ada yang terlihat sedang menghitung-hitung wang hasil pemberian saudara-saudara mereka. Tak ada kuih khas hari raya. Tak tersedia ketupat lebaran, apalagi rendang daging atau lemang. Air yang tersedia untuk mereka pun hanya air tak berwarna, jelas, kerana mereka tak ada sirap.
Di rumah tumpangan anak yatim itu, hanya ada mata-mata kosong menanti huluran tangan para dermawan. Mereka tak pernah lagi menikmati saat-saat indah di hari raya dengan aneka hidangan, pakaian bagus, ciuman dan pelukan hangat dari orang-orang terkasih. Tak lagi mereka dapatkan tangan dan pipi untuk dikucup setelah pulang dari sholat AidilFitri, juga kaki-kaki mulia tempat mereka bersimpuh, bahkan sebahagian besar mereka pun tak pernah tahu wajah orang yang pernah melahirkannya.
Sebahagian mereka mengaku terus bertanya, kenapa Allah membiarkan mereka hidup tanpa orang tua? "Apakah Allah tak ingin melihat saya bermanja dengan ibu?" tanya Adi, salah seorang penghuni rumah tumpangan yang berusia delapan tahun. Tidak kurang juga dari mereka terus berharap Allah mengembalikan orang tua mereka agar mereka dapat merasakan menjadi anak, yang mendapatkan kasih sayang orang tua, agar ada tangan yang dikucup saat berangkat dan pulang sekolah, agar ada satu kesempatan bagi mereka untuk menikmati manisnya berbakti.
Mereka seolah-olah tak peduli dengan aneka makanan dan hadiah yang Salleh bawa. Bukan itu yang mereka rindui. Mereka mengaku sudah biasa hidup tanpa berlimpah makanan. Bersekolah tanpa wang jajan pun sudah mereka rasakan. Ada yang lebih mereka rindui di sepanjang hari, lebih-lebih di hari raya ini. Akhbar, anak kecil berusia enam tahun menghampiri dan berbisik di telinga anak perempuan Salleh, " Kak, bagaimana rasanya tidur ditemani mama?"
Gagal Salleh menahan airmatanya dari berguguran ..
Dapat melalui email, kredit kepada penulis
Thursday, September 17, 2009
Kisah Suka Duka di Pagi Raya..
Posted by Hafiz Ajmain at 3:00 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment